Tujuh

Tujuh, tiga angka sebelum sepuluh

Sedikit demi sedikit yang berawal dari sesuatu yang tidak sulit akhirnya menjadi harap penawar rasa sakit.

Aku sudah tau apa yang akan terjadi di depan, tidak ada apa-apa yang kulihat di ujung sana, hanya tembok besar. Tembok besar yang kokoh, angkuh, tanpa pernah menawarkan untuk membuka, hanya membuatku terus mengeluarkan peluh.

Tapi,

Angka keberuntungan yang kembali kupertaruhkan kali ini

Tiap kali aku melihat tembok itu, aku selalu berharap satu hal, aku ingin menaikinya.

Aku sadar tidak bisa pergi ke seberang, tapi paling tidak aku bisa melihat ke seberang.

Aku ingin menaiki temboknya, duduk ditemani semilir angin sepoi dari atas dengan dimanjakan pemandangan di antara dua tembok. Lebih indah lagi bila dia bisa ikut duduk menjadi saksi perwujudan mimpiku.

Tidak perlu selamanya, cukup sepenggal waktu dalam jatah hidup yang diberikan padaku dan dia.