Harus tetap bertahan di perantauan ketika yang lain bisa kembali menginjakkan kaki di kampung halaman masing-masing tentu tidak nyaman. Apalagi ditambah kali ini benar-benar hanya tersisa kurang dari 100 mahasiswa ketika biasanya ada ribuan.
Waktu pemilihan jurusan SNMPTN dulu, sempat terpikir urutan seperti ini:
- Sastra Jepang
- Sastra Indonesia
- Ilmu Perpustakaan
Aku memilih Sastra Jepang karena aku ingin sekali pergi kesana, dengan belajar Sastra Jepang maka aku bisa berbahasa Jepang dan akan mudah ketika nanti mau melanjutkan pendidikan di sana. Apalagi dari yang aku tau kebanyakan dosen di universitas sana lebih sering memakai bahasa Jepang dan warga sehari-hari pun ketika bertemu turis lebih memilih menggunakan bahasa ibu daripada bahasa Inggris.
Pilihan kedua Sastra Indonesia karena aku sangat menyukai menulis, dan dengan memilih sastra, aku ingin menjadi seperti Andrea Hirata. Aku ingin belajar hal-hal yang berkaitan dengan hobi yang kusenangi.
Terakhir adalah Ilmu Perpustakaan, jurusan yang jarang dinikmati tapi peluangnya besar. Karena lulusannya tidak hanya bisa ditempatkan di Perpustakaan. Tapi, alasan terkuatku ingin berada di jurusan ini adalah buku. Ya, Ilmu Perpustakaan pasti berkaitan dengan buku. Bagiku, buku adalah layaknya oksigen yang wajib ada bagiku agar tetap hidup.
Sayangnya, keinginanku untuk menjadi dokter kala itu menghapuskan niat untuk memilih jurusan tersebut. Tapi sekarang, ketika yang lain menikmati empuknya kasur kamar dan beberapa memperkenalkan almameter di daerah masing-masing, aku menimba ilmu tentang perpustakaan langsung dari lulusan jurusan ilmu perpustakaan.
Disini, Tuhan mengabulkan impian gilaku.
Leave a Reply