Rokok menjadi salah satu benda yang paling sering dipegang kalangan tertentu, yaitu kalangan perokok aktif, namun sayangnya walau cuma dipegang kalangan tertentu, yang menikmati bukan cuma kalangan tertentu, tapi semua kalangan, termasuk kalangan yang tidak memegang rokok, yaitu perokok pasif. Yang lebih mengenaskan, perokok pasif nyatanya lebih ‘mudah’ mati daripada yang aktif.
Sekarang sudah tidak ada lagi iklan rokok di TV pada siang hari, semuanya ditayangkan pada tengah malam, bahkan siang hari yang ditayangkan adalah bahaya merokok, bahkan sekarang kemasan rokok bergambar mengerikan, gambar penyakit yang diakibatkan rokok, dan juga label di bawah baliho rokok yang biasanya “Rokok bisa menyebabkan bla bla bla…” berganti menjadi “Rokok bisa membunuhmu” ditambah lingkaran bulat di sebelahnya bertulisan ’18+’
Itu adalah cara yang diklaim pemerintah bisa mengurangi jumlah perokok, apakah itu berhasil? Menurutku tidak. Soal iklan bahaya merokok, aku hampir tidak pernah melihatnya di TV Swasta Nasional manapun, malah aku sering melihat di TV Lokal yang nyatanya jarang dilirik penikmat TV, untuk di TV Swasta Nasional, jujur, aku baru melihat satu atau dua kali selama ini, entah memang begitu atau aku yang memang tidak melihatnya, aku tidak tau. Tapi, yang pasti iklan bahaya merokok itu tidak akan mengurangi penggunaan rokok, kenapa? Karena :
- Jarang ditayangkan
- Kurang memberikan efek ‘mengerikan’
- Susah dipahami untuk anak-anak (padahal seharusnya anak-anak paham)
Selain iklan bahaya merokok, di baliho untuk apa ada tulisan “Rokok bisa membunuhmu” sementara balihonya masih bebas berkeliaran, pemerintah terkesan membiarkan rakyatnya dibunuh oleh rokok. Apalagi ada tulisan ’18+’ yang artinya membolehkan rokok bagi yang berusia di atas 18 tahun. Kalau mau berkurang ya seharusnya baliho tidak boleh yang tentang rokok lah.
Soal kemasan, walaupun dibuat mengerikan, perokok aktif sebenarnya ngeri, tapi kan yang mereka hisap rokok, bukan bungkusnya, jadi tinggal ditutupin bungkusnya, beres deh, gambar semengerikan apapun, gak keliatan ๐
Perokok sendiri punya alasan tiap kali diminta berhenti merokok, ada yang bilang :
- “Tuh, si nenek udah 69 tahun masih sehat kok,” tunjuk seorang bapak ke nenek yang berjalan sambil memegang sebilah rokok dan mulutnya mengepulkan asap, persis seperti yang dilakukan bapak.
- “Merokok atau tidak, pasti mati juga kok,” ucap paman di pojokan.
- “Asalkan bisa mencari uang untuk membeli rokok sendiri tanpa minta orangtua, kalian boleh kok merokok,” ucap seorang guru.
Dan banyak alasan lain yang membuat kita cuma bisa diam dan bergumam, “Er… iya juga sih,”
Bahkan sekarang ada terobosan baru, yaitu rokok elektrik, para produsennya mengklaim bahwa rokok ini lebih aman, bahkan ditambah berbagai rasa di dalamnya, ditambah lagi katanya rokok ini bisa menghentikan kecanduan rokok. Tapi nyatanya, belum ada penelitian ilmiah yang mengatakan rokok ini lebih aman daripada rokok biasa (http://lifestyle.okezone.com/read/2014/11/02/481/1060037/bahaya-rokok-elektrik-bagi-kesehatan).
Walaupun begitu, ada satu hal yang kata ayahku membuat pemerintah tidak segera menutup pabrik rokok – selain karena rugi – yaitu :
ROKOK ADALAH SALAH SATU ALAT UNTUK MENGURANGI JUMLAH PENDUDUK, NAK, INI LEBIH MEMBANTU DARIPADA KB.
Dan untuk mengakhiri, aku punya satu tebak-tebakan yang bisa kalian coba ke teman-teman kalian nantinya,
Bapak Udin sedang menghisap rokok, dengan keadaan angin sedang sepoi-sepoi sampai membuat nyiur melambai dan gugur bunga plus mengarah ke 69 derajat selatan-barat daya-utara timur laut-barat-barat laut, ke arah manakah asap rokok bapak udin? | Kalau ada yang menjawab arah, salah saja, jawabannya : KAN BAPAK UDIN LAGI HISAP, JADI GAK ADA ASAPNYA
Leave a Reply