“Kill
Nothing But Time”, “Leave Nothing But Footprint”, “Take Nothing But Picture”, ini
tiga kata yang terpampang nyata pada poster di “loket” Bukit Batas. Artinya,
“Jangan Membunuh Apapun Kecuali Waktu”, “Jangan Meninggalkan Apapun Kecuali
Jejak”, “Jangan Mengambil Apapun Kecuali Gambar”. Sudah terpampang nyata, kalau
bisa berpikir pasti paham kan apa maksud kalimat-kalimat itu, tak perlu
dijelaskan lagi. Kalau paham, kenapa masih sering meninggalkan selain jejak,
membunuh selain waktu, juga mengambil selain gambar? Kan sudah jelas
tertulis di situ, udah dikasih kau kenapa dilanggar? Emang sih, ada petugas
kebersihan dan kita bayar tiket masuk salah satunya untuk membayar mereka, tapi
tetap saja, (masing-masing) cuma punya dua tangan, lagian kan udah ada tempat
sampah, kenapa masih banyak sesuatu-selain-jejak yang ditinggalkan, apa tidak
paham dengan poster itu atau memang tidak baca?
Nothing But Time”, “Leave Nothing But Footprint”, “Take Nothing But Picture”, ini
tiga kata yang terpampang nyata pada poster di “loket” Bukit Batas. Artinya,
“Jangan Membunuh Apapun Kecuali Waktu”, “Jangan Meninggalkan Apapun Kecuali
Jejak”, “Jangan Mengambil Apapun Kecuali Gambar”. Sudah terpampang nyata, kalau
bisa berpikir pasti paham kan apa maksud kalimat-kalimat itu, tak perlu
dijelaskan lagi. Kalau paham, kenapa masih sering meninggalkan selain jejak,
membunuh selain waktu, juga mengambil selain gambar? Kan sudah jelas
tertulis di situ, udah dikasih kau kenapa dilanggar? Emang sih, ada petugas
kebersihan dan kita bayar tiket masuk salah satunya untuk membayar mereka, tapi
tetap saja, (masing-masing) cuma punya dua tangan, lagian kan udah ada tempat
sampah, kenapa masih banyak sesuatu-selain-jejak yang ditinggalkan, apa tidak
paham dengan poster itu atau memang tidak baca?
Bukan Cuma di Bukit Batas, di alam bebas lain, di jalan
raya, di semua tempat, jangan membuat sesuatu tidak pada tempatnya. Apa sih
susahnya membuang sampah di tempat sampah, kalau disuruh mengambil sampah di
pinggir jalan pasti jijik, lah, yang suruh sampahnya dibuang di situ siapa? Tak
perlu menyalahkan orang, cukup diri sendiri saja dulu, habis makan permen, taka
da melihat tempat sampah, kantongin aja dulu, ada liat sampah di depan mata,
ambil dan buang di tempatnya, kalau gak ada, kantongin dulu, pokoknya buang
atau kantongin. Kita tak bisa meniru Singapura yang menetapkan denda besar pada
pembuang sampah, lah penegak hokum di sini juga (ada yang) “sampah”. Juga tak
perlu menyuruh yang lain, cukup “luruskan” diri sendiri, kalau semua orang mau
“buang atau kantongin”, Insya Allah pasukan kuning gak bakalan capek.
raya, di semua tempat, jangan membuat sesuatu tidak pada tempatnya. Apa sih
susahnya membuang sampah di tempat sampah, kalau disuruh mengambil sampah di
pinggir jalan pasti jijik, lah, yang suruh sampahnya dibuang di situ siapa? Tak
perlu menyalahkan orang, cukup diri sendiri saja dulu, habis makan permen, taka
da melihat tempat sampah, kantongin aja dulu, ada liat sampah di depan mata,
ambil dan buang di tempatnya, kalau gak ada, kantongin dulu, pokoknya buang
atau kantongin. Kita tak bisa meniru Singapura yang menetapkan denda besar pada
pembuang sampah, lah penegak hokum di sini juga (ada yang) “sampah”. Juga tak
perlu menyuruh yang lain, cukup “luruskan” diri sendiri, kalau semua orang mau
“buang atau kantongin”, Insya Allah pasukan kuning gak bakalan capek.
Leave a Reply