Sebagai seseorang yang percaya akan suatu entitas maha kuasa yang biasanya disebut Tuhan, semua kejadian di dunia kuyakini adalah hasil dari kehendak-Nya. Manusia memang merupakan tempatnya berencana dan punya banyak kegiatan yang ingin dilakukan. Target pun sudah dibuat sedemikian rumah oleh makhluk yang katanya dicipta oleh entitas tadi.
Kemarin adalah sejarah, hari ini adalah hadiah, besok belum bisa dijamah. Waktu adalah suatu hal yang tidak bisa dikendalikan. Kalau tidak ada Tuhan, lalu siapa yang bisa menggenggam waktu? Apakah sebenarnya waktu itu adalah Tuhan? Tidak ada yang bisa mengubah hari kemarin, suatu bakso yang sudah tumpah teronggok melebar membasahi lantai tidak bisa lagi menjadi makanan utuh segar nan lezat di mangkok. Pun mangkoknya bisa jadi retak dan sekalipun disusun, tidak sesempurna awal. Ataukah, ada yang bisa kembali dan memperbaiki hari kemarin? Aku tidak tau.
Aku diajarkan untuk selalu berfokus pada hari ini: beribadahlah seakan ini hari terakhirmu; lakukan sekarang karena tidak ada yang tau bagaimana hari esok; kemarin sudah terjadi jangan sesali karena kita tidak bisa kembali. Hari ini adalah milik manusia, kita bisa melakukan apa saja. Kemarin sudah milik waktu, apapun yang kita perbuat hari ini tidak mengganggu yang sudah lalu, sedetik pun tidak akan. Kerjakanlah hari ini dan lihat apa yang terjadi besok.
Kerjakan dan rencanakan. Manusia punya rencana. Rencana adalah impian tentang hari esok. Esok adalah punya Tuhan, katanya. Apakah rencana artinya mendikte Tuhan? Harapan bukan sebuah keharusan, kita punya hari ini dan tidak besok. Lalu, untuk apa rencana? Kemarin punya waktu, hari ini milik kita, yang terjadi besok terserah Tuhan. Rencana ada untuk besok, bolehkah?
Boleh.
Tiap hal yang dikerjakan hari ini akan berdampak esok. Satu halaman yang ditulis kemarin tidak bisa menjadi satu buku kalau hanya dibayangkan sepanjang hari ini. Besok hanya akan menjadikan satu halaman ini buku kalau ada yang menulis hari ini. Tapi, sekalipun sudah menulis, adakah yang bisa menggaransikan buku itu masih ada esok hari?
Besok adalah milik Tuhan, jangan serakah. Kita sudah berbagai dengan waktu juga Tuhan. Masing-masing punya satu hari. Serakah itu penyakit berbahaya. Menggerogoti sedikit demi sedikit. Sakit tapi tetap terus dilakukan.
Kita harus yakin. yakin akhirnya indah. Besok yang pertama mungkin sakit, pun mungkin besok yang kedua, ketiga, sampai kesepeluh. Tapi tidak ada yang tau besok yang kesebelas. Aku percaya Tuhan, aku percayakah besok kepada-Nya.
Tidak ada yang tau cerita keseluruhan suatu rencana pun dia orang yang merasa paling dekat. Hanya Tuhan yang tau.
Kadangkala kita merasa bahwa tiap rencana yang kita pikirkan itu terlaksana. Banyak orang yang menyalahartikan ini dengan optimis. Optimis itu yakin, yakin bukan berarti pasti terjadi, yakin itu kepercayaan. Percaya Tuhan akan memberikan yang terbaik terhadap rencana yang kita buat.
Memang berurusan dengan besok itu berurusan dengan sesuatu yang tidak terlihat. Bukankah Tuhan dan segala bala tentaranya juga begitu? Tidak ada paksaan percaya dengan Tuhan. Tidak ada yang melarang optimis bahwa kita menggenggam hari esok. Toh pemilik hari esok pun tidak melarang siapa saja untuk membuat gambaran yang diinginkan.
Pertanyaannya, siapa yang memiliki kemarin, hari ini, dan besok? Kita? Waktu? Tuhan?
Leave a Reply