Dewasa ini masalah mengenai sampah plastik makin sering diperbincangkan. Berbagai dampak yang ditimbulkan oleh masalah banyaknya penggunaan plastik makin terasa sehingga begitu banyak cara yang dicari untuk mengatasinya. Tidak sedikit campaign yang dijalankan oleh berbagai komunitas untuk mengatasi hal ini.
Indonesia sedang menuju pada masa bonus demografi, ini artinya usia muda sedang berada dalam jumlah yang membludak, termasuk di dalamnya adalah mahasiswa. Ini artinya mahasiswa bisa menjadi salah satu faktor vital dalam penanganan Indonesia dalam masalah plastik.
Lalu, Apa yang Bisa Dilakukan Mahasiswa?
Banyak. Mahasiswa yang terdiri dari berbagai jenis kelamin dan kepribadian tentunya memiliki cara tersendiri untuk berjuang menghadapi masalah ini. Kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang) maupun kura-kura (kuliah rapat-kuliah rapat) punya porsi masing-masing untuk bertarung di arena ini. Lalu, untuk mahasiswa rata-rata, apa yang bisa dilakukan? Berikut beberapa saran dari seorang mantan mahasiswa.
Tas Belanja Sendiri
Minimarket adalah tempat kesayangan mahasiswa untuk berbelanja, kecil tapi tersebar di berbagai tempat dan koleksi berbagai jenis barang lengkap. Sayangnya kehadiran tukang parkir biasanya menjadi momok menakutkan. Tapi tetap saja, berbelanja adalah kegiatan yang menyenangkan, apalagi di awal bulan.
Ketika berbelanja, stop gunakan plastik! Beberapa minimarket bahkan pemda menerapkan aturan memberikan biaya apabila ingin memakai kantong plastik bahkan ada yang melarang sama sekali penggunaan plastik. Mahasiswa bisa mengakali hal ini dengan membawa tas belanja sendiri atau memakai lagi kantong plastik. Daripada menuh-menuhin kamar kos yang sudah sumpek dengan keluh kesah revisi, mending kantong plastik yang dipakai menghamburkan uang bulanan, dipakai berkali-kali daripada ditumpuk.
Sedotan Sendiri
Selain membawa tas belanja, sedotan bisa menjadi salah satu alat makan yang paling sering dipakai dan kebanyakan berbentuk plastik. Es teh, baik berbentuk es teh dengan es batu hasil air penuh kuman atau ice tea dengan harga rupawan tapi isinya tidak menghilangkan dahaga, menjadi minuman penyumbang sedotan plastik terbanyak di Indonesia. anak millennial pasti banyak yang sudah menerapkan cara ini, yaitu memakai sedotan sendiri.
Biasanya sedotan yang dipakai stainless steel. Sebenarnya, menjadi ramah lingkungan tidak hanya dengan barang-barang stainless steel, banyak pilihan bahan lain yang bisa dicoba misalnya sedotan kertas atau bambu yang lebih “hijau”. Satu yang pasti, berhenti minta sedotan plastik untuk es teh dan es es lainnya!
Stop Bungkus Plastik, Bawa Kotak Makan
Selain makan di tempat, ada mahasiswa yang lebih suka makan di kos untuk menikmati syahdunya kepengapan kamar dan berbicang bersama serangga di istana tercinta. Bisa juga ia adalah tumbal penghuni kontrakan yang mager (males gerak) keluar rumah untuk mencari makan.
Apapun alasannya membungkus makanan, pastikan bawa kotak makan! Sampah plastik dipastikan berkurang signifikan ketika tiap makanan di-take home dengan kotak makan sendiri. Disarankan membawa kotak makan besar sehingga isi di dalamnya pun akan besar. Tentunya kesejahteraan perut akan terjaga apabila strategi ini berhasil. Bumi aman, cacing di perut bersenang-senang.
Ngopi Pake Tumblr Pribadi
Senja dan kopi adalah keseharian pemuda masa kini. Beberapa diantaranya berkiblat pada Feast dan Pamungkas, pun di sisi lain ada Payung Teduh. Apapun yang kalian puja, jangan lagi menodai ke-indie-an dengan ngopi memakai gelas plastik!
Sedotan sudah punya, kotak makan siap sedia, tambahkan lagi tumblr pribadi. Sekali lagi, ukurannya besar. Memakai tumblr pribadi untuk membeli kopi kekinian bisa mengurangi penggunaan plastik, baik itu gelas maupun kresek. Selain itu, kedai kopi yang suka menulis-nulis nama juga akan menghemat tinta karena pembeli memakai tumblr “don’t touch my bottle”.
Buang Sampah pada Tempatnya
Banjir dimana-mana. Salah siapa sebenarnya? Berbicara bancir, eh banjir, tidak bisa menyalahkan satu pihak pun tidak mungkin tidak ada yang salah. Kebiasaan masyarakat baik itu rakyat jelata maupun pejabat di atas sana punya kontribusi terhadap air yang meluap-luap dengan warna coklat menggemaskan.
Sebelum berbicara pentingnya memilah sampah atau menggunakannya ulang, budaya membuang sampah di tempatnya harus sudah mengakar daging. Bagaimana bisa masyarakat diajari memilah sampah kalau mereka saja tidak mau membuang sampah sesuai aturan? Inilah pentingnya generasi muda untuk diajak peduli membuang sampah pada tempatnya. Kantongi ketika tidak menemukan tempat sampah, jangan mager untuk nyamperin tempat sampah.
Itu tadi beberapa cara yang bisa dilakukan untuk dijadikan strategi memerangi sampah bagi para mahasiswa di berbagai belahan nusantara. Para LSM dan pejuang persampahan, apakah kalian punya cara lain?
Leave a Reply