Semenjak kehadiran Dilan, kata rindu diobral. Begitu berat rindu hingga seakan Dilan saja yang kuat menanggungnya. Pun nyatanya hubungan mereka bukan kandas karena persoalan rindu. Tentunya ini bukan spoiler Milea: Suara Dari Dilan karena di akhir Dilan 1991 kita sudah disuguhkan akhir dari drama percintaan dua sejoli yang begitu uwu bagi sebagian remaja dan hilih bagi sisanya.

Napak Tilas Kisah yang Kandas

Bagi penggemar garis keras Pidi Baiq tentunya akan sangat cinta dengan Dilan. Apalagi kalau penonton film ini sudah kesemsem dengan Iqbal. Bisa dipastikan Dilan dianggap film romansa yang penuh dengan kehebatan di berbagai sektor. Cerita Dilan-Milea yang dimulai 1990 sudah berakhir di 1991. Lalu, ini film tentang apa?

Seperti judulnya, film ini mengisahkan sudut pandang Dilan. Bagi yang sudah menonton Dilan 1990 dan Dilan 1991 pasti memahami bahwa film tersebut merupakan kisah yang diceritakan oleh Milea. Semuanya berdasarkan sudut pandang dia. Semua hal yang terlihat di kamera adalah isi kepala Milea. Hadirnya Milea: Suara dari Dilan ini adalah memberikan perspektif kepada penonton tentang kehidupan romansa mereka dari sudut pandang lelaki alias Dilan.

Penuh Pengulangan

Dilihat berdasarkan timeline, film ini mengisahkan kisah romansa Dilan-Milea secara utuh dari sisi Dilan. Begitu banyak pengulangan yang disajikan. Mungkin ini salah satu strategi mengurangi anggaran pembuatan film. Di sisi novel, Pidi Baiq seperti ingin mengetes konsistensi ia dalam berkisah (atau memang kehabisan bahan).

Menonton film ini seperti menonton rangkuman film Dilan dengan sudut pandang yang berbeda. Memang begitulah tujuan film ini. Kita dibawa ke masa Dilan sejak awal sampai putus tapi dengan tambahan beberapa adegan yang tidak terlihat atau lebih tepatnya tidak diketahui oleh Milea. Bagi pengamat romansa mereka, ini merupakan data penting untuk menganalisis hubungan keduanya.

Lebih Dewasa

Aku melihat film ini lebih dewasa. Bukan, bukan dalam artian semacam itu. Film ini lebih memperlihatkan pergulatan batin seorang Dilan. Bila di dua film sebelumnya terlihat kalau Milea begitu tertekan dan mungkin mendukung keputusannya untuk berakhir dengan Dilan, film ini memberikan perspektif berbeda.

Entah karena ini merupakan rangkuman atau memang Dilan yang terlihat lebih dewasa dan gahar sebagai anak motor. Disini tidak ada adegan uwu seperti dua film sebelumnya. Apakah Pidi Baiq ingin menunjukkan bahwa laki-laki itu kuat dan penuh pertimbangan sedangkan wanita hanya bermain dengan rasa? Walaupun ini dilihat dari dua sudut pandang, menurutku Pidi Baiq terkesan membela Dilan dan menyalahkan Milea. Bahkan Minke pun sepertinya lebih kekanak-kanakan daripada Dilan seorang panglima geng motor kala SMA.

Sangat Jelas

Banyak penonton Indonesia yang memerlukan penjelasan sejelas-jelasnya dalam setiap adegan. Tidak cukup menampilkan sebab-akibat, dialog pun harus ada untuk menjelaskan keadaan tersebut. Film ini pun menganut hal yang sama.

Tidak akan kujelaskan itu di adegan mana, tapi yang pasti ada bagian Dilan dan Milea melakukan sesuatu yang berakibat fatal pada hubungan mereka. Kedua adegan itu begitu jelas dan bahkan tanpa mereka berbicara, kuyakin dalam hati pun keduanya tau yang sebenarnya terjadi. Kenapa harus ada adegan lagi mereka berdialog tentang hal itu. Apakah ini untuk menambah durasi atau memang penonton harus terus disuapi?

Content Placement Bagus Di Awal

Ada satu iklan yang begitu
jelas. Tidak mengganggu karena penempatannya memang pas, tapi tetap ada
rasa risih karena ditampilkan beberapa kali di posisi yang tidak
berubah. Sama sekali tidak ada perubahan, itu makanannya gak dikerubungi semut dibiarin terbuka waktu Dilan nulis?

Hal
itu bisa dimaklumi karena tidak mengganggu film. Tapi yang membuatku
benar-benar risih adalah di credit, ketika biasanya yang ditampilkan
adalah bloopers atau bahkan cerita-cerita tambahan dari film,
malah iklan komersil yang ditayangkan. Bukan hanya satu, tapi semua
tayangan sepanjang credit adalah iklan yang benar-benar berbentuk iklan
yang biasanya ditayangkan di televisi atau media lainnya. Sebegitu
kurang duitnya kan film ini?

Haruskah ada Spin-Off?

Melihat kesuksesan film ini, aku penasaran dengan Dilan Universe. Apakah kisah cinta mereka akan selesai begitu saja? Sepertinya akan ada begitu banyak cuan yang bisa didapatkan apabila mengambil kisah dari para pendukung. Bisa saja cerita awal Dilan masuk geng motor mungkin, atau cerita cinta sahabat Dilan. Spin off sepertinya akan jadi gerakan bagus untuk terus mengambil pundi-pundi uang untuk universe ini.

Jadi, apakah Pidi Baiq ingin menulis seri Dilan terbaru? Superhero sebelah sudah meluncurkan satu film untuk universe-nya, sang pesaing sudah menggencarkan promosi (walau filmnya belum tayang). Apakah Pidi Baiq akan ikut mengambil bagian dalam dunia per-universe-an ini?