Spider-Man, Batman, Superman. Ini tiga
superhero yang diketahui ayahku. Spider-Man adalah superhero pertama yang kutonton. Sebelum Tom Holland, aku sudah menyaksikan aksi Spider-Man dari Tobey Maguire dan Andrew Garfield. Sebagai film yang kuikuti dan ayahku juga mengetahui, ini menjadikan Spider-Man: Homecoming harus kutonton.
Cerita
Saat Battle Of New York selesai (event di
film Avengers pertama), Tony Stark (Robert Downey Jr.) dan pemerintah membentuk D.O.D.C
(Department of Damage Control) yang bertugas “membereskan”
sisa-sisa pertempuran para Avengers. Ini membuat Adrian
Toomes alias Vulture (Michael Keaton) kehilangan pekerjaan karena sebelumnya dia yang dikontrak membereskan sisa-sisa peralatan dari alien Chitauri. Ini
membuatnya benci kepada Tony Stark dan memutuskan memanfaatkan
teknologi alien Chitauri yang dia curi untuk berbuat
kriminal. Perbuatan itu berjalan mulus selama bertahun-tahun.
8
tahun kemudian, tepatnya 2 bulan setelah kejadian di Civil War, Peter
Parker (Tom Holland) kembali ke kehidupan sekolah yang membosankan. Dia terus berusaha menjadi seorang Spider-Man sambil menunggu misi selanjutnya dari Tony. Kegiatan Peter selama menjadi Spider-Man diawasi asisten Tony, yaitu Happy Hogan (Jon Favreau).
Masalah dimulai saat
Spider-Man memergoki beberapa orang yang memakai teknologi alien yang
dibuat Adrien Toomes. Melihat ini sebagai hal yang ‘menarik’, Spider-Man
mencoba untuk menghentikan aksi mereka. Dia berharap dengan menangkap mereka bisa menjadikan dia diperhitungkan direkrut sebagai anggota Avengers.
Resensi
Menonton di tengah-tengah orang yang sedang beradu asrama memang menyebalkan, bukan hanya satu sisi, tapi di kiri dan kanan. Ditambah film yang sesuai ekspektasi. Ketika melihat aksi Peter pertama kali, dengan suasana yang tidak kondusif (bagi hatiku), aku ingin berjalan menuju pintu
exit. (bukan) Kebelet. Tapi aku masih berusaha menahan diri. Setelah kuturunkan ekspektasiku, akhirnya aku bisa menikmati film ini.
Kalau ditanya siapa saja superhero yang muncul di Spider-Man : Homecoming, jawabanku Iron Man dan Captain America. Itu saja. Di sini Peter adalah seorang anak yang tiba-tiba ditakdirkan menjadi – seorang yang dia sebut – Spider-Man. Segala tindak tanduk Peter diawasi dan tindak tanduk dia sendiri seperti remaja yang belajar menjadi superhero.
Kalau dilihat Peter sebagai remaja yang belajar menjadi superhero, aksi-aksinya cukup menarik. Kehidupannya pun layaknya seorang remaja, ada persahabatan dan cinta remaja di SMA pada umumnya. Tapi kalau melihat Peter sebagai superhero, aku sepertinya sudah pulang sebelum film mencapai pertengahan.
Tony di sini berperan layaknya seorang ayah (sekaligus mentor) bagi Peter. Ia mengawasi segalanya tindak tanduknya. Happy sebenarnya tidak berguna di sini, ia sibuk dengan agenda Penjualan Stark Tower. Tony juga (selalu) ada di saat Peter ceroboh kemudian menceramahinya. Persis seorang ayah.
Film yang menarik, melihat aksi seorang remaja mencoba menjadi superhero. Banyak pesan moral yang bisa diambil. Salah satunya adalah jangan bergantung pada alat, percayalah pada diri sendiri. Ada juga ‘sentilan’. Ketika Peter dan temannya, Ned (Jacob Batalon) berhasil melepas pelacak di baju Spider-Man dan membuka kendali penuh, ternyata begitu banyak pilihan jaring dan mode Spider-Man. Di sini Peter sangat bingung. Peralatan smart sayangnya orangnya tidak. Layaknya film Marvel lain, humor juga banyak tersebar sepanjang film.
Dari berbagai
fakta yang ada, bagi yang menunggu film ini, dijamin tidak akan kecewa dengan satu syarat, jangan berekspektasi Tom Holland memerankan Peter Parker sebagai superhero. Peter Parker memang Spider-Man di Spider-Man : Homecoming, tapi dia bukan superhero.
Oh iya, sama seperti
film MCU lainnya, ada 2
post-credit di film ini. Jadi jangan beranjak dari kursi sampai
credit benar-benar habis.
Leave a Reply