(Masih) Seperti Biasa, Sombong

Matahari semangat sekali menyinari kami, kulitku sudah meronta-ronta terlalu lama bercumbu dengan sinarnya, kurasa yang lain juga merasakan hal yang sama, tapi karena suruhan pelatih, mereka tetap saja menari di tengah teriknya matahari, “OK, WAKTUNYA ISTIRAHAT!” suara pelatih menggelegar. Mendengar itu bagai merasakan turunnya hujan di tengah panas ini, kami langsung ke pinggir lapangan, keringat bercucuran dari pori-pori kulit.

“Dasar, kulitku terbakar matahari dan jadi hitam begini gara-gara pelatih, untuk apa sih panas-panas begini,” keluh Dodol.

“Betul, mana bikin malu lagi, udah kalah masih saja disuruh berlatih,” timpal Prisca.

“Aku tidak mau tarian kalian yang juara terakhir kemarin ditunjukkan kepada penonton di festival nanti,” ternyata Pelatih menguping sejak tadi, “SEMUA KEMBALI BERLATIH!”

Umpatan berbisik terdengar dari beberapa yang lain. Aku tidak habis pikir, sebelum lomba kemarin mereka sangat semangat berlatih dengan kondisi seperti ini, sekarang?
***
“Ayo, yang semangat latihannya,” teriak Dodol pada yang lain, “tunjukkan kehebatan kita.”

Di tengah teriknya matahari, mereka sangat semangat latihan. Yang lain dengan angkuhnya menunjukkan gerakan-gerakan terhebatnya, di tengah mata-mata yang melihat. Penonton riuh bertepuk tangan dan meneriaki bangga, tambahlah kesombongan mereka.

“Kau tidak ikut latihan?” Pelatih ikut duduk di sebelahku, dia membawa dua plastik teh, bau melati menyeruak, diserahkan satu plastik padaku, “Nih,”

“Terima kasih, Pak,” kuambil plastiknya, kuminum seteguk, seteguk teh ini melepas dahagaku, “kami pasti kalah.”

“Kau belum jawab pertanyaanku,” Pelatih tidak menghiraukan perkataanku.

“Saya tidak ikut latihan karena kami pasti kalah, walaupun latihan keras di terik panas seperti ini,” kataku.

“Kenapa?”

“Silahkan bapak lihat sendiri alasannya,”
***
Bakso tadi sudah habis masuk perut, aku dan Pelatih tinggal menunggu yang lain, “Ada hal yang ingin kukatakan padamu, Kuroko,” kata Pelatih padaku.

“Apa?” tanyaku.

“Bagaimana kalau kita mengajak Coqi ke festival,” jawab pelatih. Aku terbelalak mendengarnya.


Comments

22 responses to “(Masih) Seperti Biasa, Sombong”

  1. Menunggu lanjutan kisahnya … Sepertinya menarik nih. Saya sampai ikutan kayak menengguk teh 🙂

  2. Lagi seruu eh bersambung,
    Siap menunggu lanjutan nya mas

  3. Keren cerbung nya… Bisa habis satu kali duduk bacanya. Semangat mas melanjutkan karyanya.

  4. Siapa itu Coqi? Inimah nyandu harus baca lanjutannya. Hehehe

  5. Menunggu lanjutannya mas. Belum ada clue tentang ceritanya, hehe..

  6. Haha, beneran ya..
    Semuanya nunggu lanjutan mas..
    Bisa mati penasaran kalo lama-lama, hihi

  7. Ah digantuuuuuuung. Sudah capek pun saya scrol2 ke bawah tetap gak ada lanjutannya. Kekekeke. Semangat teruuuus menulisnya Mas Rifqi.

  8. Mantep nih Kak jago bikin fiksi. lanjutannya dong Kak hehe. Tetiba haus juga baca tokohnya lagi minum es teh wkwwk.

  9. duh jadi penisirin. jadi pingin bisa juga bikin cerita fiksi. tapi gak pede euy ^_^

  10. Nama tokoh Kuroko mengingatkan saya ke sebuah serial anime yang main-main basket itu. Apakah cerita ini ada sambungannya? Soalnya itu gantung banget

  11. Ini cerbung kah? Duh, sedikit banget ceritanya jadi penasaran kan cerita lanjutannya.

  12. Coqi siapa coqi ? Pacar/gebetan/mantan…. Ah bikin penasaran gini, huhuhu nangungnya eh berasa nonton drakor on going gini

  13. Cerita nya kayak sinetron televisi yang suka membuat penasaran pemirsa. Mantap sip. Lanjutannya di tunggu…

  14. Aku sampai baca bolak-balik, ini maksudnya gimana? Ternyata bersambung…hehe…Awas yaa kalau engga nyambung…

  15. Di tunggu sambungannya. Terimakasih dah buat penasaran hahaha
    Kuroko tu seperti nama kawan saya. Manggilnya Kurrrr hihi

  16. Selalu saja membuat penasaran dengan kelanjutannya akan seperti apa?

  17. Kuatin lagi di narasi dan deskripsinya, ya. Gestur saat peralihan dialog juga penting biar karakternya kerasa.

  18. Mas. Kayaknya belum kelar ya ceritanya .

    Ayo lanjutinnnnnnnn

  19. Ayo klimaxkan lagi isi ceritanya mas.. kami semua menunggu kelanjutannya

  20. Bersambung ya ini cerpennya Mas Rifqi, hihi… ditunggu lanjutannya yaahhh

  21. Semangat berlatih semoga dikesempatan berikutnya bisa menang. Optimis saja kalau hasil tak menghianati usaha

  22. Lho, ceritanya belum selesai udah terhenti. Ayo lanjutkan, penasaran nih. Ngomong-ngomong, sombong boleh loh asal berbobot dan berkualitas… hahaha

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *