“Pengen deh bisa umroh bareng,” itu yang sudah sering kudengar dari mulut ibuku. Sudah sejak lama beliau menginginkan sekali bisa menjajakkan kaki di tanah suci, tapi apa daya uang tidak ada, bahkan saat uang ternyata sudah ada, untuk pergi ke sana – tepatnya melaksanakan haji – beliau dan ayah harus menunggu belasan tahun untuk bisa ke sana. Ya, sekarang beliau sedang menunggu untuk dipanggil Allah ke sana.
Tapi, kalau menunggu belasan tahun, terlalu lama bagi ibu yang sudah jauh sebelum mendaftar sebagai peserta haji ingin ke sana, akhirnya beliau sangat menginginkan umroh. Kan kalau umroh tidak perlu menunggu antrian, asal ada uang untuk biaya maka bisa menjajakkan kaki di tanah suci.
Aku sebagai seseorang yang lahir dari rahim, dibesarkan dengan penuh kasih sayang sampai hari ini oleh beliau sangat ingin rasanya melihat beliau senyum bahagia, selama ini aku bukannya membahagiakan, malah seringnya membuat beliau sedih, bahkan aku sering membiarkan beliau terlihat lelah. Mungkin aku pernah membantu, tapi itu tidak seberapa dibanding apa yang beliau beri untukku. Dan untuk membalas jasa beliau, aku ingin bisa suatu saat membawa beliau dan ayah pergi umroh, apalagi berhaji, walau kutau hal ini tidak bisa dibandingkan dengan jasa beliau selama ini, setidaknya aku ingin melihat mereka tersenyum bahagia karena salah satu impian mereka terwujud.
“Tapi, kalau gak bisa, kalau bisa sekeluarga ke Malang juga seru tuh, ini si Laiqa kan belum pernah ke Jatim Park,” kata ibuku sambil tersenyum, “ayo makan,” lanjut beliau sambil berjalan ke arah dapur.
Leave a Reply