dan Pendidikan Dasar dan Menengah
Desember 2014
Wr. Wb.
diliputi kesehatan, Aamiin. Perkenalkan, saya,
Muhammad Rifqi Saifudin
email/twitter/no.hp saya kalau mau tau alamat)
dan bertanya masalah kurikulum 2013 kepada bapak, kalau bapak berkenan membaca
curhatan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentu saya akan sangat senang, tapi
apabila bapak tidak punya waktu blusukan ke
blog saya untuk membaca apalagi menjawab saya maklum, kan bapak juga sibuk,
banyak pasti yang diurus di sana.
siswa SMA yang merupakan 1 dari 1165 SMA yang sudah menerapkan kurikulum 2013
selama 3 semester, ini berarti kami akan terus menerima Kurikulum 2013 di saat
adik kelas kami semester depan kembali ke KTSP dan kakak kelas yang tentu masih
memakai KTSP. Yang mau saya tanyakan adalah,
Bagaimana nasib kami? Ditunjuk sebagai
percontohan, apa saja yang bakal sekolah, para guru, dan kami, para murid dapat
sebagai penunjang kami sebagai contoh bagi sekolah lain?
Tak adakah buku resmi untuk kami? Pemberhentian
penggunaan Kurikulum 2013 menurut saya akan menghentikan produksi buku berbasis
Kurikulum 2013, apakah betul, Pak? Kalau betul, bagaimana kami belajar
nantinya? Untuk sekarang memang ada BSE,
tapi itu belum cukup, Pak. Kami perlu buku cetak, karena dengan buku cetak
tentu belajar akan lebih mudah, apalagi tidak baik berlama-lama di depan laptop
dan juga tidak nyaman terus mempelototi layar tiap belajar di sekolah apalagi
di rumah, sedangkan kalau mau mencetak sendiri BSE tentu biayanya sangat besar, jadi, bagaimana nasib buku untuk
kami? Haruskah kami mencari informasi sendiri tentang pelajaran kami?
tadi pertanyaan saya, sekarang saya mau menyarankan hal-hal yang berkaitan
dengan pendidikan, terutama pendidikan dasar dan menengah yang sesuai dengan
bidang bapak, boleh kan, Pak?
Pertegas aturan MOS (Masa Orientasi
Siswa)
sering terdengar kabar MOS yang menyakiti para murid baru bahkan sampai menelan
korban jiwa. Selain itu hal yang ‘mengerikan’ juga sering terjadi saat MOS,
bagaimana pembullyan para senior
kepada para junior yang merupakan ajang balas dendam tahunan dan sering mereka
sebut dengan “Ajang Disiplin dan Persiapan Menuju OSPEK yang Lebih Kejam”. Ajang
disiplin menurut saya tidak bisa dilakukan dalam waktu cuma beberapa hari,
bukannya sekolah juga sudah punya aturan yang bisa membuat siswa disiplin,
biarkan guru yang bergerak, tak usah para senior sok-sokan mengajari disiplin
pada para junior, lah, kadang-kadang pas MOS junior yang tidak punya salah juga
dihukum, ini untuk apa coba? MOS seharusnya bisa jadi ajang “kenalan” siswa baru
dengan lingkungan baru, dengan warga kelas, seperti kakak kelas dan guru juga
teman sesama siswa baru, MOS seharusnya bisa jadi ajang yang menyenangkan di
masa-masa awal masuk sekolah dan bisa menjadi pengalaman menyenangkan yang
tidak terlupakan bagi para siswa baru bukannya pengalaman menyenangkan bagi
para senior dan mengerikan bagi junior. Kalaupun MOS cuma sebentar dan pasti
berlalu, haruskah sistem pendidikan kita dikotori dengan hal seperti Senioritas
dan Pembullyan? Saran saya pemerintah
sebaiknya memperketat peraturan yang mengatur pelaksanaan MOS dengan melarang
berbagai ajang bully, senioritas, dan
menindak tegas sekolah yang melanggar.
berkenang menjawab terima kasih. Maaf apabila ada kata-kata saya yang salah
atau menyinggung perasaan bapak.
Leave a Reply