PKN STAN Goes to Village – Hari Ketiga Part 1

Cerita hari kedua berakhir setelah kami menghikhlaskan permainan ludo berakhir tanpa pemenang kemudian ditutup dengan makan malam. Sebenarnya aku masih penasaran dan ingin melanjutkan permainan, tapi karena sudah terlalu malam akhirnya setelah makan langsung tidur. Seperti biasa para cewek diantar ke rumah ketua RT dan cowok persiapan tidur. Berkaca dari malam sebelumnya, aku baru mengoleskan krim anti nyamuk ketika benar-benar ingin tidur dan yakin sudah sholat isya.

21 Februari 2018, terjadi hal yang aneh dengan perutku. Sebenarnya sudah sejak kemarin tidak nyaman. Kemungkinan kaget dengan makan gado-gado tidak pedas ternyata masih ada cabainya satu. Apalagi malamnya ditambah kangkung level sedang yang pastinya cabainya lebih banyak.

Cowok yang lain masih tidur, aku sudah bangun dan bergegas ke kamar mandi. Pintu tertutup dan lampu menyala. Ah sial, ada orang! Aku kembali ke Posyandu dan menunggu. Saat di markas aku menghitung kembali personel cowok Seventeen Group. Masih lengkap. Apakah ada anggota kedelapan? Hm, mungkin bapak penjaga kantor desa.

Sepertinya tidak sampai satu menit aku menunggu, tapi karena sudah tidak tahan lagi aku kembali ke kamar mandi. Kondisinya masih sama. Saat kuintip, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Karena sudah tidak tahan, kubuka pintu perlahan. Ternyata, hanya ada seekor kucing dan kotoran bertebaran di sekitar. Aku tidak peduli dan langsung menuntaskan rasa sakit. Entah karena sadar aku sudah tidak tahan atau memang sudah selesai dengan urusannya, kucing tersebut langsung keluar ketika pintu terbuka.

Sampai tulisan ini ditulis, sepertinya hanya aku yang tau tragedi kucing kala itu. Karena memang baru aku yang bangun. Sambil menyelesaikan urusan dengan perut, aku bersihkan kotoran kucingnya. Sehingga ketika keluar, semua sudah bersih. Cukuplah tulisan tentang kamar mandi. Aku takut menggangu nafsu makan kalian.

Berlanjut ke sarapan. Ketika mengantar makan malam, mamake menawarkan sarapan, tapi mas Ivan tidak memberikan jawaban pasti. Mungkin itu penyebab mamake datang lagi pagi ini dan menanyakan hal yang sama. Bubur terpilih untuk menjadi menu sarapan.

Setelah dua kali berturut-turut menawari makanan, mamake tiap pagi dan sore selalu melakukan hal itu. Kenapa siang tidak? Karena beliau jualan gado-gado di siang hari. Salah satu yang menarik kali ini, sejak sering merasakan delivery mamake, aku terbiasa dengan teh tawar. Hm… sepertinya akan lebih hemat kalau nanti di Bintaro hanya minum teh tawar. Alternatif pilihan selain air putih.

Agenda hari ini seharusnya bertemu dengan Bendahara Desa melanjutkan pembahasan tentang pengelolaan keuangan desa. Tapi sayangnya bendahara berhalangan. Agar tidak gabut, kami memilih bergabung dengan pengajian ibu-ibu di aula desa. Karena khusus ibu-ibu, kami hanya bisa hadir sebentar untuk memperkenalkan diri dan menawarkan bantuan tentang pengelolaan keuangan.

Selesai dengan pengajian, kami didatangi oleh dosen pembimbing. Beliau mengecek keadaan kami, memberikan beberapa petuah, dan meninggalkan dua bungkus cemilan. Terima kasih bapak.


Comments

3 responses to “PKN STAN Goes to Village – Hari Ketiga Part 1”

  1. belum sempat lihat cerita hari yang pertama, tapi kisah kotoran kucing ini seharusnya jangan diceritakan, biarlah menjadi misteri, kaya misteri dalam memendam cinta, ceilah hehehe

  2. Penasaran sama cerita hari pertama, ini tiba-tiba dihadapkan dengan hari kedua..hehe
    Ceritakan juga dong, Mas. Petuah dari pak dosennya, siapa tahu menginspirasi yang lainnya juga ๐Ÿ™‚

  3. Kok kucingnya tau tempat membuang hajatnya? haha
    Mantab betul dibersihin kotoran kucingnya, biasanya kalo orang-orang paling males bersihin kotoran kucing termasuk saya ๐Ÿ™

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *