Beberapa minggu terakhir, benteng masih menjadi perbincangan hangat di forum ini. Tapi ada yang berbeda hari ini, sebenarnya topik utama masih benteng, tapi yang dibicarakan kali ini adalah handuk. Ada apa dengan handuk? Jadi begini kisahnya,
Alarm sudah berteriak sejak pukul 4 pagi, tapi aku baru peka pukul 5. Aku salut dengan alarm, dia tetap rajin berteriak sampai ada yang peka, mungkin ada beberapa menit sekali dia istirahat, tapi setelah itu lanjut berteriak. Pokoknya, ketika ada yang peka, baru dia berhenti berteriak, perjuangan patut dicontoh dari alarm.
Saat serpihan nyawa sudah terkumpul semua, waktunya lapor ke pencipta. Selesai sholat subuh, seperti biasa aku berkunjung ke kamar mandi. Sebenarnya tadi sudah sempat singgah saat berwudhu, tapi kali ini bakal berada lebih lama karena agendanya mandi.
Mungkin pakaian dalam yang digantung di kamar mandi tiap hari berbeda – walaupun ada kemungkinan sama –, tapi ada satu yang selalu sama. Ada yang selalu digantung tiap hari, tugasnya menyediakan kehangatan dan mengeringkan, tapi hanya sebentar, kemudian digantung. Beberapa menit diajak bercumbu, di sisa harinya dia hanya digantung, dibiarkan. Mungkin sabun, sampo, dan peralatan mandi lainnya juga dipakai sebentar, tapi mereka berbeda. Mereka dibiarkan rebahan di keramik atau ditaruh di tempat yang nyaman, mereka bisa leluasa istirahat. Sedangkan dia, mungkin ketika dipakai yang lain cemburu dengan perlakuannya, tapi ketika sudah dilepas, dia digantung, dibiarkan disitu, ditinggalkan basah dan kedinginan. Ketika kehangatannya sudah disalurkan, balasannya adalah basah dan digantung.
Namanya handuk, hidupnya dihabiskan bersama gantungan. Mungkin sesekali di jemuran ketika sudah terlalu basah. Tujuannya dijemur hanya satu, agar punya kehangatan baru dan disalurkan untuk dibalas dengan basah dan digantung (lagi).
Apabila benteng membatasi dua jiwa, walaupun sesekali bisa naik ke atas untuk sama-sama menikmati suasana dari atas, mereka tetap tidak bisa bersatu, sedangkan handuk selalu berada satu tempat dengan jiwa satunya, sayangnya hidupnya dihabiskan di gantungan dan sekalipun bercumbu setiap hari, nyatanya kehangatan yang dia berikan hanya dibalas dengan basah.
Mungkin ingin rasanya handuk bercumbu lebih lama, tapi pasti kalian tau bagaimana orang-orang melihat mereka yang nekat berlama-lama bercumbu dengan handuk dan bahkan mengumbar di depan umum.
Jadi, handuk memilih tetap di gantungan, sekalipun hanya di kamar mandi dan sebentar, paling tidak setiap hari selalu ada detik-detik percumbuan dimana handuk menyalurkan kehangatan yang dibalas dengan basah.