Kebetulan hari minggu, biar keliatan ada kerjaan, Kuroko berniat jogging ke taman dekat lapangan bola, kali aja dapat jodoh. Berangkat dengan menggunakan sepeda, karena jarak rumahnya ke taman lumayan. Setelah sampai, diparkirkan sepedanya, baru saja berniat melangkahkan kaki untuk berlari,

“Maaf, saya boleh bertanya?” kudengar suara orang dengan logat kebarat-baratan dan pengucapan yang kurang sempurna.
Saat kutoleh, ternyata sesosok pria tinggi dengan kulit putih pucat, hidung mancung, baju sasirangan (kain khas Kalimantan Selatan) dan celana jeans, sosok ini biasa orang sebut bule, atau bisa juga disebut turis, tepatnya turis mancanegara. Aku mengangguk, “Silahkan,” jawabku.
Er… this is…, ah, maksud saya ini…,katanya terbata-bata.
“No problem, I can speak English,” potongku. *tolong betulkan kalau nanti ada bahasa Inggris yang kurang sesuai*
Dia tersenyum, “Ok. Do you know English Global?”
“English Global? Is it a English Course?” ia mengangguk, “Yes, I know. I can bring you to there.”
“That’s very good, get in to my car,” setelah itu aku masuk ke dalam mobilnya dan menunjukkan jalan. Sepeda kubiarkan terparkir, siapa juga yang mau mencuri sepeda butut, tanpa keranjang, tanpa rem belakang, pedal yang sudah rusak, tiap berjalan selalu mengeluarkan irama, sepertinya satu-satunya alternatif untuk menjualnya adalah dikilokan.
Saat sampai di tempat yang dituju, aku baru sadar, jarak tempat itu dan parkir sepedaku lumayan jauh, jadi, bagaimana aku pulang? Untung saja waktu itu ada Brother Heru, salah satu guru di English Global yang mau membantu, dia, aku, dan bule tadi kembali ke taman mengantarku. Saat sampai aku berterima kasih sekaligus meminta maaf karena merepotkan, nah, saat itu kami bertiga keluar, dan salah satu warga yang jogging langsung mendekat, ternyata dia temanku dan salah satu murid English Global juga, langsung aja dia minta foto.
Kebanyakan orang Indonesia melihat sesosok bule itu seperti artis, mereka bangga sekali saat menampilkan ketika bisa berfoto bareng bule. Padahal, apa istimewanya mereka, mereka itu hanya turis yang berkunjung ke negara kita, bukan siapa-siapa, bahkan kadang sampai mereka diundang kemana-mana. Di negara asal mereka bukan siapa-siapa, bahasa Indonesia juga gelagapan, bahkan mungkin cuma bisa bilang “terima kasih”, “selamat pagi”, “apa kabar”, itu itu saja. Lah, kebanyakan dari kita menganggap mereka seperti artis. Bahkan tidak perlu bisa bahasa Indonesia, karena bahasa Inggris adalah bahasa internasional, kita yang harus berbicara dengan mereka dengan bahasa Inggris agar mereka mengerti dan mereka tidak perlu susah-susah belajar bahasa Indonesia. Di Prancis dan Jepang, kalau ke sana paling tidak kita harus bisa sedikit bahasa sana atau bawa teman yang bisa berbahasa sana, Inggris tidak cukup, kalau tidak, kemungkinan besar bakal bingung mau komunikasi.
Bahasa Indonesia adalah bahasa dengan penutur terbesar ke-5 di dunia, setelah Tiongkok, Inggris, India, dan Spanyol. Bahasa Indonesia juga diajarkan di 46 negara di kawasan Asia, Australia, Amerika, Afrika, Eropa, serta Timur Tengah, dan yang paling banyak diajarkan adalah di Australia dan Jepang. Bahkan, di Australia, Bahasa Indonesia menjadi bahasa asing keempat yang disejajarkan dengan Bahasa Mandarin, Prancis, Jepang, dan Belanda. Nah, dengan fakta itu, apakah bila kita menjadi turis, ada warga asing yang mendatangi kita dan berbicara Bahasa Indonesia untuk minta foto bersama atau malah kita dicuekin dan harus berbicara dengan bahasa Inggris agar dapat beradaptasi? Aku tidak pernah ke luar negeri, jadi bagi yang pernah atau pernah diberitahu perlakuan turis di sana, apakah seperti kebanyakan turis yang ke Indonesia, silahkan komentar.

Menurutku, kita seharusnya tidak usah terlalu ‘mengartiskan’ bule, biasa saja saat bertemu mereka. Kalau mau minta foto, janganlah cuma minta foto, sekalian aja asah kemampuan bahasa Inggris kita dengan ngobrol bareng mereka, dengan catatan mereka tidak sibuk. Atau mungkin, kalau berkunjung ke daerah asal kita, atau daerah yang kita cukup tau tempatnya, kebetulan mereka tanpa tour guide dan kita tidak ada kerjaan, sekalian aja jadi tour guide. Lumayan, mempromosikan Indonesia sekaligus mengasah kemampuan bahasa Inggris. Ini tentu lebih bermanfaat daripada sekedar membanggakan foto bareng bule, di negeri sendiri pula. Apalagi kalau ternyata cuma sekedar numpang muka, yang bilangin minta foto teman, kitanya hanya ikut foto tanpa ngomong sama bule, haduh, itu rugi banget.