
Di semester satu yang lalu, kebiasaan yang selalu kami lakukan, laki-laki di kelas, pasti main PES. Gak tau PES? PES itu game bola, kepanjangannya PPPEEESSS. Tapi, di semester dua ini, kebiasaan main PES sudah punah, semuanya punya kebiasaan baru, kalau aku sendiri seringnya baca buku, kebanyakan novel. Kalau yang lain, ada yang modus sampai tidur.
Kepunahan kebiasaan kami itu karena berbagai cobaan yang sudah tidak bisa kami tangani. Joystick yang disita guru sampai hilang entah diambil guru atau siapa sudah biasa, kami beli yang baru. Kendala yang utama adalah laptop.
Laptop pertama yang dipakai untuk main PES adalah laptop Abang, walaupun sudah overheat karena terlalu sering main sehingga harus terus dicolok, kami masih bisa main dengan lancar. Sayangnya, lama kelamaan akhirnya laptop Abang menyerah di PES 2015, dia sudah pensiun. Sempat pindah ke laptop Jerawat, tapi karena ‘dalam’nya tidak mumpuni, PES ngadat di sini, kagak seru. Akhirnya laptop Citak kami jadiin sebagai tempat kami main PES. Sialnya,
***
Pertandingan antara Manchester United (Abang) vs Manchester City (Lamak) berlangsung sangat seru, skor masih kacamata, aku dan Wawan sangat tegang menonton, si pemilik laptop, Citak sedang main basket di luar sembari menunggu giliran. Saat lagi seru-serunya, tetiba,
…
Kami semua terdiam, laptop Citak mati tiba-tiba. Kami semua panik, joystick langsung ditarik, kami berempat mengambil posisi ke pintu, meninggalkan laptop yang mati tiba-tiba, itu overheat, pikir kami. Citak yang datang ke kelas dan bingung melihat kami berhenti main bertanya, “Ada apa nih, kok berhenti?”
“Anu,” Lamak mencoba merangkai kata-kata, ada keraguan di suaranya, ingin berbohong atau jujur.
“Lag,” Wawan lebih dulu berkata sebelum Lamak selesai mencari kata-kata, “gegara itu kami matiin laptopnya,” lanjutnya. Bodohnya, Citak percaya dan dia manggut-manggut kemudian main basket lagi.
FIUH…
Kami berempat langsung bernafas lega setelah dia pergi.
***
Sejak saat itu, laptop Citak terus kami pakai untuk main PES, sampai akhirnya dia sendiri menyaksikan laptopnya mati tiba-tiba, dan tidak ada kecurigaan sama sekali ke kami, hahaha xD.
Sayangnya, suatu hari dia install ulang laptopnya, dan sialnya, setelahnya PES tidak berhasil terinstall. Jadilah kami semua berhenti main PES, dari yang awalnya saat tidak ada guru gatal pengen megang joystick, akhirnya mulai terbiasa tidak memegang barang tersebut.