Ada yang pernah mendengar atau bahkan menyanyikan lagu itu? Setidaknya kita berada di masa yang sama. Walaupun saat itu aku menyanyikannya di waktu SD. Ya, kelas 6 SD. Kisah cinta monyet pertama ketika rasa cinta pun tidak tau bagaimana bentuk dan wujudnya. Cinta ini hadir karena dipaksa. Inilah akibat tidak pernah bergaul dengan sesama manusia.
Napak Tilas Percintaan
Kehidupan kisah kasih manusia selalu menarik untuk diceritakan. Kisah ini sepertinya akan panjang, menguak cerita yang sebenarnya. Fakta aktual yang tidak terbantahkan. Tidak ada nama yang akan disebutkan karena biarlah yang bersangkutan merasakan kalau ia dibicarakan. Mari dimulai ketika lagu D’Bagindas “C.I.N.T.A” kukenal.
Hanya Karena Ditanya
“Kam ada katuju wan binian lah? (Kamu ada suka sama cewek gak?)” pertanyaan yang entah kenapa sangat kupikirkan. Padahal andai saat itu aku menjawab TIDAK, semuanya mungkin berbeda. Mungkin efek kekuatan ketika aku pukul-pukulan atau karena ingin tidak terlihat cukup. Entahlah, aku tidak punya alasan untuk berpikir keras tapi tidak bisa menjawab kenapa tidak menjawab simpel.
Kepalaku berkeliling ke muka-muka anak perempuan yang sering kuajak ngobrol, otakku mengacak muka mereka dan tampillah satu muka. Kusebut nama dia untuk menyebut cewek yang kusuka. Sejak hari itu, aku berusaha untuk membuat diriku suka dengan wanita yang kumaksud. Hasilnya nihil. Teman-temanku pada menggoda ketika aku dekatnya, aku malah bingung, hari itu aku belum mengenal suka apalagi cinta.
Asal Mancing
Masih saat SD, ini sepertinya menjelang akhir-akhir. aku menembak orang yang (katanya) kusuka dengan lagu D’Bagindas. Diterima? Tentu tidak. Kesal? Aku pun sebenarnya bingung untuk apa aku menembak dan apa artinya pacaran. Tapi karena perasaan tidak mau kalah, aku harus menaklukkan wanita lain. Isenglah kutembak anak kelas lain. Aku asal memancing dan ternyata dapat. Bisa dibilang, dia mantan pertama tapi aku mengakui mantan pertamaku yang lain. Kenapa? Karena rasa suka yang kupahami baru muncul bukan saat pertama pacaran.
Bosan Ganti
Berlanjut ke masa SMP. Cerita-cerita di bawah akan berada di timeline SMP-ku. Ini adalah masa-masa fakboi. Aku sudah puber, tertarik dengan lawan jenis, tahu arti suka tapi tidak paham makna cinta yang sebenarnya. Ada belasan mantanku saat SMP. Aku tidak pernah pacaran dengan makan bareng di luar, bahkan di kantin pun tidak. Beberapa bahkan tidak pernah kusentuh tangannya apalagi yang lain. Pacaranku cuma berkutat di SMS. Jadian, saling bertukar kata “sayang”, sampai putus, semuanya di SMS. Pacaran pun tidak berlangsung lama, sebulan mungkin sudah rekor kala itu. Kalau bosan ganti. Fakboi sekali.
Putus Takut Orangtua
Aku pernah pacaran dengan murid pindahan. Sebagai fakboi, tentunya ada murid pindahan dari kota dan terkenal inginnya memiliki. Bukan karena suka, tapi ingin menunjukkan kemampuan saja. Tidak perlu waktu lama, berbekal kekuatan seorang fakboi sejati, kami jadian. Ada hal yang berbeda saat dengannya. Dia adik kelas dan aku beberapa kali antar jemput. Semacam ojol. Satu ketika dia berkata, “Yang, besok mama ultah, kamu datang ya, sekalian kukenalin,” malamnya kami putus. Siapa yang mengajak putus? Tentu aku.
SMP adalah masa-masa yang begitu jauh dari masa depan. Aku belum memikirkan sejauh itu. Toh pacaran cuma untuk senang-senang. Apalagi sebenarnya orangtuaku melarang untuk pacaran. Daripada nanti malah menambah masalah dan menghasilkan suatu keterikatan, aku memilih mundur. Terlalu cepat untuk kenal dengan orangtua pacar saat SMP.
Ini baru setengah dari kisah perjalanan sebagai fakboi. Lanjutannya bisa dibaca di Perjalanan Cinta (Monyet)ku: Masa Fakboi Part 2
Leave a Reply