Harta, tahta, wanita, itu tiga hal yang sering disebut sebagai penjatuh pria. Dalam film besutan Hestu Saputra berjudul Perfect Dream, Dibyo (Ferry Salim) sebagai The Dreamer mengincar mimpi yang sempurna yang berhubungan dengan ketiga hal tersebut dan menjadi kejatuhannya sendiri.
Film ini berlatar kehidupan mafia di Surabaya, ketika melihat trailernya aku membayangkan akan seperti Jakarta Undercover versi Moammar Emka yang baru rilis beberapa waktu lalu tapi ternyata Perfect Dream lebih fokus kepada kehidupan keluarga seorang mafia. Sebelumnya maaf kalau keceplosan beberapa spoiler di sini.
Di awal film menurutku terlalu cepat, untungnya ketika latar waktu berpindah 25 tahun setelahnya, alurnya mulai bisa diikuti. Di awal sebenarnya bisa dikurangi beberapa adegan agar tidak secepat itu, sempat ngos-ngosan dan kebingungan soalnya.
Ekspektasi ketika tau ini film tentang mafia, yang ada di bayanganku adalah penuh adegan perkelahian menegangkan. Tapi Perfect Dream sepertinya lebih fokus ke drama keluarga seperti yang kusebutkan di awal sehingga adegan action yang ada rasanya kurang ‘greget’.
Untuk masalah keluarga, porsinya sebenarnya agak nanggung juga. Apalagi setelah Dibyo mendapatkan harta dan tahta, termasuk istri yang setia, Lisa (Wulan Guritno) juga anak-anak manis, Bagus (Baim Wong) dan Anna (Tissa Biani), datang sesosok wanita, Rina (Olga Lydia). Ketika wanita ini masuk di kehidupan keluarga Dibyo, keindahan keluarga yang sudah dibangun 25 tahun pun pudar. Sayangnya, konflik tidak terasa begitu mengena karena terdistraksi dengan adegan action.
Masih bingung kenapa Rachel (Poppy Solvia) berinteraksi dengan Bagus, karena Rachel hanya muncul di situ dan sampai akhir tidak keliatan kelanjutannya. Untuk bagian Annisa (Rara Nawangsih) mungkin bertujuan untuk menunjukkan toleransi beragama dan menjelaskan bagaimana nasib lelaki yang berhubungan dengan Lisa sebelum Dibyo.
Secara keseluruhan film ini patut ditonton bagi yang penasaran dengan kehidupan mafia di Surabaya. Melalui film ini kita jadi tau kalau mafia tidak hanya ada di Jakarta, tapi kota besar lain, seperti Surabaya. Di film ini juga diceritakan bagaimana keluarga seorang mafia yang ternyata tidak jauh beda dengan keluarga pada umumnya dan sosialita yang kerjaannya tidak hanya menghambur-hamburkan uang.
Perfect Dream juga menyelipkan beberapa pesan moral. Contohnya tentang persahabatan ketika salah satu anak buah Dibyo terbunuh, rekannya langsung marah dan ingin menghabisi Hartono (H. Qomar) atas dasar persahabatan. Ada juga pengingat untuk berdoa sebelum makan ketika Anna memimpin doa makan.
Jadi, jangan lupa buat nonton Perfect Dream di bioskop kesayangan kalian mulai tanggal 30 Maret 2017. Rasakan sensasi perebutan kekuasaan mafia di Surabaya dan konflik keluarga seorang mafia.
Leave a Reply