Bumilangit Cinematic Universe (BCU) alias Jagat Sinema Bumi Langit, sebuah project prestisius yang akan dimulai dengan Gundala karya Joko Anwar. Salah satu awal yang bisa menjadi masa depan film Indonesia yang tidak lagi dipenuhi menye-menye atau horor kelas B.
Sancaka hidup di jalanan sejak ditinggal ayah dan ibunya. Menghadapi hidup yang keras, Sancaka belajar untuk bertahan hidup dengan tidak peduli dengan orang lain dan hanya mencoba untuk mendapatkan tempat yang aman bagi dirinya sendiri. Ketika situasi kota semakin tidak aman dan ketidakadilan merajalela di seluruh negeri, Sancaka harus buat keputusan yang berat, tetap hidup di zona amannya, atau keluar sebagai Gundala untuk membela orang-orang yang ditindas.
Melihat suasana (yang sepertinya) Jakarta di film ini, jadi teringat kekacauan Tokyo yang diperlihatkan Makoto Shinkai di Weathering With You. Sama seperti Makoto, Joko Anwar bisa memperlihatkan sebuah kota yang sangat dekat dengan kenyataan walaupun sebenarnya bukan seperti itu juga seperti Steven Spielberg yang mampu memasukkan berbagai referensi pop culture di Ready Player One.
Sancaka kecil dididik menjadi seorang yang berjuang untuk rakyat. Ayahnya adalah pemimpin perlawanan penindasan namun tidak melawan dengan barbar. Ibunya pun mendukung sang ayah. Sayangnya mereka meninggalkan Sancaka. Masa kecil Sancaka sepeninggal orangtuanya dihabiskan di jalanan yang keras, membuatnya memiliki cara pandang berbeda tentang bertahan hidup.
Cerita Sancaka kecil cukup “menyita” waktu dari film ini. Walaupun begitu, ini memang demi penonton mengenal lebih jauh bagaimana kehidupan Gundala kecil. Tiap adegan Sancaka kecil penting untuk diperlihatkan, bukan seperti kisah Anna-Minke yang terkesan dilama-lamakan.
Sancaka dewasa (Abimana Aryasatya) awalnya masih berpegang teguh pada pedoman “masa bodoh” dengan sekitar. Namun ketika kekuatan petirnya muncul, pesan ayahnya terngiang lagi. Perubahan pola pikir Sancaka di film ini sangat make sense. Dinamika kehidupannya diperlihatkan secara gamblang sehingga tidak ada perubahan yang tiba-tiba. Pun Sancaka bukan seorang yang sangat idealis dengan ingin menolong orang. Ia juga mengalami masa-masa saat ia tidak peduli.
Berbeda dengan Pengkor (Bront Palarae), masa kecil yang suram dan keberhasilannya memberontak membuatnya menjadi seorang villain. Ia merasa berhasil menguasai dunia dan harus mempertahankannya. Tipikal penjahat yang tidak bisa apa-apa namun punya kuasa. Tentunya bisa ditebak akan seperti apa nasibnya.
Gundala bukan seperti Iron Man. Sama-sama pembuka suatu Universe namun Gundala memang dipersiapkan untuk menjadi pondasi dengan visi jauh ke depan. Banyak easter egg yang diperlihatkan di film ini. Sebut saja Wulan (Tara Basro) yang akan menjadi Merpati dan Awang kecil yang nantinya adalah Godam. Ini bukan spoiler, kedua orang itu sudah muncul di trailer dan ada dalam list superhero BCU. Tenang saja, selain mereka masih ada kejutan yang dipersiapkan. Silahkan ditonton.
Berbicara mengenai CGI, tentu saja Indonesia tidak bisa disandingkan dengan prosuden film luar apalagi Marvel Cinematic Universe. Ini bukan berarti penonton harus memaklumi apabila ada film Indonesia yang sekelas Naga Indosiar. Tapi, Gundala tidak seburuk itu. Walaupun sekali lagi, jauh bila dibandingkan CGI film luar. Soal CGI, maklumi saja. Toh, menurutku sudah lumayan.
Kostum Gundala memang dibuat merakyat. Joko Anwar pernah mengatakan hal tersebut. Kalau ada yang mencibir dengan kostum, memang apa yang salah? Ingat film Spiderman-nya Tobey Maguire? Bagaimana kostumnya. Gundala adalah pahlawan rakyat, ia bukan seorang kaya raya seperti Tony Stark atau Bruce Wayne. Nikmati saja kostumnya.
Tone film terlihat begitu dark di trailer. Sepanjang film juga kebanyakan kelihatan seperti itu. Apalagi dengan adanya Joko Anwar, bersiaplah dengan beberapa adegan “rasa” horor. Tapi tidak sepanjang film semuanya gelap, ada beberapa komedi yang dihadirkan. Bisa dibilang Gundala lebih condong ke DCEU namun dibumbui MCU. Namun, sekali lagi ini adalah BCU. Universe karya anak bangsa.
Mantap dan ambisius. Begitulah Gundala yang hadir di bioskop mulai tanggal 29 Agustus 2019 ini. Promosi yang sangat gencar bahkan memperkenalkan universe langsung di awal peluncuran film pondasi tentu langkah yang sangat berisiko. Itu juga sebabnya film ini dipenuhi easter egg yang berhubungan dengan film setelahnya. Tapi, kisah Sancaka membela rakyat tetap berhasil ditunjukkan. Film ini bukan cuma berisi “sempilan” BCU.
Pecinta film superhero dan rakyat Indonesia, wajib nonton Gundala. Apresiasi dan kritik dengan logika, jangan asal bernarasi. Film ini bisa menjadi salah satu arus perubahan film tanah air ke arah yang lebih baik. Jangan terus menghujat tanpa apresiasi namun jangan juga gila memuji tanpa ada kritik membangun.
Intinya, TONTON DI MINGGU PERTAMA PENAYANGAN!
Leave a Reply