Akhir-akhir ini banyak comic yang ngebuat buku, nah, salah satunya adalah Fico, nih bukunya
Penulis : Fico Fachriza
Penerbit : Bukune
Tahun Terbit : 2014
ISBN : 602-220-138-1
Jumlah Halaman : 178 Halaman

Sinopsis:
“Tes, tes!”

Gue ngecek mic sambil lirik-lirik malu ke penonton.

“Halo nama gue Fico dan ini kali pertama gue open mic.”

Penonton tepuk tangan. Wuisss…, percaya diri gue naik. Gue langsung masuk bit pertama.

“Menurut
gue, kecap sering diremehkan. Padahal penting, loh! Kalo nggak ada
kecap, bisa-bisa nasi uduk sama nasi goreng ketukar. Kasihan nasi uduk
yang sudah dengki banget sama nasi goreng karena lebih dulu go international.”

Hening.

Penonton
sibuk masing-masing. Ada yang tidur, ada yang baca koran, ada yang
nidurin koran, Gue udah kayak loper koran di lampu ijo.

Nggak dianggep dan ditelan asap knalpot.
***
Seperti martabak lezat yang terbuat dari perpaduan bahan masakan,
cerita Fico pun dibentuk dari banyak cerita. Telur itu seperti Fico yang
lucu dan bundar. Baking powder-lah membuatnya mengembang.
Taburan cokelat keju memberi rasa manis dan asin dalam hidupnya. Semua
itu dicampur dan diolah menjadi ‘Martabak Asam Manis’ yang gurih-gurih enyoy.

Sekarang, yuk, kita nikmati hidangan ala Fico. Bon appetit!
******

Martabak Asam Manis ini bercerita soal proses yang dilalui buat mencapai impian, melewati olahan, dari asam sampai berakhir manis. Aku sendiri supaya semangat mencapai impian-impianku, kutempel semuanya di dinding kamarku, nih gambarnya 
Nah, salah satu impianku yang tercapai tahun ini adalah “Bisa bepergian ke Luar Kalimantan tanpa biaya alias gratis”, gimana ceritanya? Nih aku bicarain lewat cerpen :

******

“Eh,
gimana soal tadi?” tanyaku pada Fahri.
“Hah?
Soal tadi? Hahaha…” kudengar gelak tawa yang cukup lama dari Fahri, sampai
peserta yang lain termasuk aku bingung lihat tingkahnya. Beberapa menit
kemudian  dia berhenti tertawa dan
bilang, “Satu pun gue gak bisa.”
GUBRAK!
Pengen
aku lempar dia ke laut waktu itu, kirain pas ketawa itu ngeremehin soal, eh
ternyata gak bisa.
Namaku
Rifqi, sekarang aku sedang ada di salah satu perguruan tinggi di Banjarbaru,
sekarang sedang mengikuti seleksi 10 besar olimpiade dan baru saja selesai
mengerjakan tes tertulis. Parahnya, dari 5 soal essay tak satu pun soal mampu
kujawab tuntas! Persiapan yang cuma beberapa minggu mungkin menjadi penyebabnya,
tapi aku tak patah semangat, masih ada tes praktikum! Masih ada kesempatan
mendapatkan impianku! Juara 1 olimpiade kimia disini akan dibawa mewakili
Kalimantan Selatan untuk mengikuti olimpiade kimia nasional 2014 Jogja, jadi
aku sangat berharap bisa menang disini untuk bisa mengejar impianku, Go International.
Kembali
ke olimpiade kimia, kali ini tes praktikum titrasi asam basa. aku mendapatkan
praktikum giliran kedua, jadi sambil menunggu, ada waktu mempersiapkan
praktikum dengan ayahku yang saat itu juga ikut untuk jadi pembimbingku. Saat
tes praktikum, penyakitku kambuh lagi, gugup! Penyakitku ini membuat tubuhku
bergetar hebat, saat memegang buret, pipet, dan alat kimia yang lain tanganku
entah kenapa tak bisa berhenti gemetaran, untung aku masih bisa berfikir jernih
dan bisa menyelesaikan praktikum dengan lancar.
Saat
keluar, pertanyaan yang bikin aku langsung tak berkutik muncul dari ayahku, “Rif,
ingat gak dengan rumus titrasi yang satunya?”
DEG!
Ini
yang aku benar-benar lupa! Mungkin gugup menjadi penyebabnya, dalam titrasi ada
beberapa rumus, dan aku baru sadar kalau saat praktikum tadi rumus yang
digunakan adalah rumus yang tidak ‘umum’ dan aku tidak memperhatikan itu! Rumus
salah, jawaban pasti salah. Kali ini aku langsung down, aku langsung murung, ingin rasanya aku pulang dan menangis sejadi-jadinya
di kamarku – seandainya aku bisa – tapi sayang itu tidak mungkin. Setelah itu
selama beberapa jam aku murung, tapi akhirnya ayahku mampu membuatku bisa
setidaknya melupakan itu, sekarang aku sudah tidak memikirkan apakah aku bisa
masuk 10 besar atau pun tidak.
Saat
pengumuman masuk 10 besar, aku sudah pesimis bisa masuk. Tapi entah kenapa,
tiba-tiba kudengar nama yang tak pernah kupikirkan akan disebut disini, “Urutan
ke 10, Muhammad Rifqi Saifudin!” waktu mendengar namaku disebut, serasa aku
melayang di angkasa, ingin aku meloncat-loncat disitu – seandainya aku bisa –
tapi sayang lagi-lagi itu tidak mungkin. Walaupun tidak mungkin, tapi rasa
senangku sekarang sudah tak terkira.
Selain
aku, teman baruku disini – Fahri – juga masuk 10 besar tepatnya urutan ke-7,
saat aku mendekatinya dia cuma bilang, “Santai aja, kawan.”
Setelah
pengumuman 10 besar, besoknya akan dilakukan penentuan pemenang olimpiade kimia
dengan cara presentasi KTI – Karya Tulis Ilmiah – yang sudah dipersiapkan
sebelum olimpiade dimulai sebagai salah satu syarat 30 besar. Segala hal
tentang KTI udah aku rekam di otak dan aku siap untuk besok, Jogja, I’m coming!
Besoknya,
aku mendapatkan nomor urut 8 saat KTI. Selama menunggu aku gugup sekali, sampai
akhirnya saking gugupnya aku sampai ingin buang air kecil, akhirnya aku
sempatkan ke WC sebelum maju. Setelah ke WC perasaanku agak sedikit lega.
Akhirnya tiba giliranku, di depan aku melakukan hal yang berbeda dari yang
lain, kucoba pembukaan dengan Bahasa Jepang, karena kutau salah satu juri
dulunya pernah kuliah di Jepang jadi aku coba kemampuanku berbahasa Jepang yang
pas-pasan, akhirnya setelah presentasi selesai aku dibuat ternganga saat sang
juri merespon presentasiku dengan Bahasa Jepang, ujung-ujungnya beliau aku
suruh pakai Bahasa Indonesia. Setelah sempat skatmat oleh beberapa pertanyaan dewan juri, presentasi aku
selesai. 30 menit waktu yang menentukan, setelah semuanya mempresentasikan
hasil KTI-nya aku cuma bisa berdoa semoga bisa juara. Teman-temanku sudah
memberikan semangat dengan bilang, “Presentasi lo beda dengan yang lain, gue
yakin lo juara 1!” itu yang bikin aku makin semangat.
Tiba
saatnya pengumuman, saat ke-10 besar olimpiade kimia dipanggil hatiku dag dig
dug, saat penyebutan juara juga makin campur aduk. Fahri mendapatkan juara 3,
kemudian juara 2 disebutkan, saat ingin menyebutkan juara 1, nama yang disebut
adalah, “Selamat kepada Muhammad Rifqi Saifudin!” aku hampir saja loncat-loncat
disitu saking girangnya! Untung masih bisa mengendalikan diri, impianku Go International  makin dekat! Setelah Banjarbaru,
akan kutaklukkan Jogja, kemudian, dunia! Gantungkan
cita-citamu setinggi langit! Aku pasti bisa!

******

Kalau kita sungguh-sungguh, pasti bisa kok, yakin aja! Nih, beberapa foto waktu di Jogja

Gambar Atas (Rusunawa UII) : Ki-Ka = *Gak inget*, Taufik, Aaron, Aku, Sangap, Misael, Regina, Ronald, Angel, *gak inget* | Gambar Bawah Kiri (Borobudur) : Ki-Ka = Angel, Regina, Aku, Yudi | Gambar Bawah Kanan (UII) : Ki-Ka = Aku, Riki, Yudi

Gambar Atas : Ki-Ka = Jagad, Aku, Riki | Gambar Bawah Kiri : Ki-Ka = Ronald, Irhas, Aku, Riki | Gambar Bawah Kanan : Ki-Ka = Sangap, Aku, Riki | Semua di Rusunawa

UII, cari aja yang mana aku 😛

Pas mau take off dari Syamsudinnoor (Banjarbaru) ke Juanda (Surabaya), aku di tengah, di sampingku kakak Mahasiswa dari UNLAM (Universitas Lambung Mangkurat) Banjarbaru

Di Museum Merapi, silahkan cari sendiri yang mana aku 😛

Borobudur, Ki-Ka = Ronald, Regina, *gak inget*, Angel, *gak inget*, Yudi, *gak inget*, Aku, Aaroon

Makan di Angkrigan depan UII, aku yang pakai baju hijau VOA paling depan, di belakangku Sangap, yang lagi nyuap itu Riki, sisanya mahasiswa, gak inget namanya

Di depan gerbang masuk UII (Universitas Islam Indonesia), aku pakai baju hijau VOA megang huruf ‘U’