Ini postingan pertamaku. Sebagai pembuka sebuah blog yang kunamai Coretan Rifqi. Berikut adalah coretan tersebut. Tulisan pembuka kuperbaharui di tahun 2020, tapi cerita di bawah adalah tulisan 2011 dengan beberapa penyesuaian.
Cerita Alif
Seperti biasa Alif bersantai di rumahnya yang berada di suatu kawasan Jakarta. Tepatnya di sebuah pemukiman kumuh di Jakarta. Alif adalah seorang anak pemulung. Setelah sepulang sekolah, Alif biasanya memulung di tempat sampah dekat rumahnya. Anak kelas 6 SD ini bersekolah di sekolah yang dibangun sukarela oleh pemerintah untuk anak-anak pemulung.
Suasana di kehidupan Alif monoton, tidak ramai sama seperti kehidupannya. Tapi hari ini berbeda. Ayahnya memanggil dengan sangat kegirangan sambil membawa selembar kertas, “Alif cepat kesini!”
“Ada apa ayah?” tanya Alif dengan nafas tersengal-sengal karena mengejar sang ayah.
“Baca ini!” kata beliau sambil memberikan kertas.
Pak,mengingat prestasi Alif yang sangat bagus,kami mengirim surat ke Menteri Pendidikan untuk memberikan Alif beasiswa dan disetujui oleh mereka.Jadi,tolong besok pagi bapak datang ke sekolah untuk bertemu Menteri Pendidikan agar menerima beasiswa.
Kepala Sekolah
Membaca surat tersebut, Alif bersujud syukur. Ini adalah karunia yang sangat besar baginya. “Kamu tidak usah kerja hari ini supaya besok bisa terlihat segar!” ujar ayah.
“Baik jenderal!” balas Arif dengan semangat dan posisi hormat layaknya kepada komandan.
Keesokan harinya…
“Alif, cepat bangun nanti terlambat!” teriak ayah dari sudut rumah. Alif berangkat dengan rasa kantuk yang luar biasa. Ia terlalu bersemangat sampai terjaga sepanjang malam.
Menteri Pendidikan berada di depan pintu siap menyambut ayah anak yang sedang berbahagia. Mereka berbincang tentang prestasi dan latar belakang Alif. “Pak, mulai besok Alif bisa bersekolah disini. Seluruh biaya kami yang tanggung,” ujar Menteri.
“Terima kasih banyak pak!” kata ayah Alif seraya menjabat tangan beliau. Menteri menyambut jabatan tangan tersebut sambil tersenyum. Alif dan ayahnya pulang dengan perasaan bahagia. Hari paling bahagia sepanjang hidup mereka.
Keesokan harinya (lagi)…
Melihat bangunan yang begitu megah, Alif melongo. Sekolah yang begitu besar dengan lapangan basket di tengahnya. Di sampingnya ada pula lapangan bola. “Hei, anak baru!” tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya. Alif terbangun dari lamunannya dan mencari sumber suara.
Ketika ditemukannya suara itu, ada siswa bertubuh besar mendatanginya sambil menjulurkan tangan, “Aku Memet.”
Alif menyambut jabatan tangan tersebut sambil berkata, “Aku Alif.”
“Ayo kita ke kelas, kamu kelas 6B, kan?” Alif mengangguk lalu mengikuti anak tersebut.
“Hei semuanya, ini Alif. Anak pindahan yang pintar itu,” kata Memet membuat murid-murid yang tadinya berisik langsung sunyi senyap.
Mereka lalu bersalaman dan memperkenalkan diri kepada Alif. “Nanti sore aku ke rumahmu, ya,” kata salah seorang murid.
“Aku ikut!” kata yang lain. Alif mengangguk dan memberikan alamat kepada teman-temannya. Kegiatan sekolah berlangsung biasa setelahnya.
Sore harinya, “Alif, teman-temanmu di depan!” panggil ayah Alif.
“Alif, kenalin aku Rizki. Ini Budi dan yang paling ujung pasti sudah kenal, kan?” kata salah satu anak yang bertubuh kurang lebih sama dengan Alif. Ia mengangguk.
“Alif, ini minuman untuk teman-temanmu,” ujar Ibu Alif seraya menyerahkan nampan pada Alif, “silahkan diminum,” lanjut beliau.
“Terima kasih, Bu,” ucap Rizki, Budi dan Memet bersamaan. Ibu Alif tersenyum. Setelahnya mereka berbincang-bincang. Banyak cerita menarik yang ditemani kopi hangat nan manis sore ini. Salah satunya informasi bahwa Rizki adalah anak seorang saudagar. Rumahnya dekat dengan Alif. Tentunya lebih besar dan megah. Budi adalah anak guru yang mengajar di sekolah mereka. Memet merupakan anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan milik ayah Rizki. Awalnya mereka terkejut melihat rumah Alif dan tahu kalau dia anak pemulung, tapi mereka tetap berteman dengannya.
Teh sudah habis, senja sudah hampir pergi. Teman-teman Alif berpamitan pulang. “Sampai ketemu besok, ya!” kata Alif sambil melambaikan tangan. Alif sangat senang mendapatkan tiga teman baru dan tidak sabar ingin bertemu dengan mereka besok di sekolah.
Leave a Reply