12 Maret 2017, hari itu aku resmi menjadi Mabeng (Mahasiswa Bengkel) angkatan kesembilanbelas (Mabeng #19). Mabeng adalah sebutan bagi anggota Media Center (Medcent) Politeknik Keuangan Negara STAN (PKN STAN). Sebutan Mabeng diambil karena dulu Mabeng #17 mengerjakan tugas Medcent di “bengkel”. Sebenarnya, bengkel di sini adalah kos salah satu Mabeng, tapi karena semuanya dikerjakan di situ bahkan sampai menginap, maka disebutlah bengkel dan akhirnya mereka menyebut diri mereka sebagai Mabeng alias Mahasiswa Bengkel.
Sebelum diresmikan menjadi Mabeng #19, aku harus menjalani proses magang. 12 Maret adalah hari terakhir magang. Kalau di magang-magang sebelumnya hanya bertempat di PKN STAN dan membahas kerjaan di Media Center sebagai Lembaga Pers Mahasiswa di PKN STAN, kali ini magang diadakan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan agendanya bersenang-senang.
Perjalanan dari kampus menuju TMII kami, Mabeng #19, lakukan sendiri. Mabeng #17 dan #18 sudah menunggu di TMII kecuali satu Mabeng yang ditugaskan menjaga kami selama perjalanan. Dari PKN STAN kami menggunakan jasa transportasi online menuju Stasiun Pondok Ranji. Perjalanan menggunakan KRL dimulai dari Pondok Ranji kemudian turun di Stasiun Duren Kalibata setelah sebelumnya transit di Stasiun Tanah Abang. Dari Duren Kalibata perjalanan kembali dilanjutkan dengan transportasi online.
“Mau kemana nih kita?” tanya supir ketika kami naik ke dalam mobil.
“TMII, Pak,” jawabku. Kebetulan aku duduk di depan jadi aku yang menjawab pertanyaan.
“TMII…,” gumam supir sambil menjalankan mobilnya. Dia mengulangi lagi kata “TMII” lalu melihat peta di gawainya, “kita ke sini ya, jalan…,” tanya bapaknya sambil menunjukkan alamat di peta dan membacakan, aku lupa dia bilang jalan apa. Karena kami juga tidak hafal jalan ke sana apalagi aku belum pernah ke TMII, kami mengiyakan.
Awalnya perjalanan lancar dengan mengikuti peta. Tapi, makin lama entah kenapa perasaanku tidak enak, beberapa kali aku melihat peta di gawai supir kehilangan koneksi dan membuat petunjuk arah tidak berjalan. Aku mencoba mengecek dari peta di gawaiku. Walaupun tidak sesuai rute, aku lihat memang supir menuju ke TMII.
Saat semakin dekat dengan TMII, supir sepertinya menuju jalan yang salah, aku beranikan diri bertanya , “Bapak pernah ke TMII gak?”
“Wah, gak tau Mas itu dimana, tapi yang saya tau kalau deket sini ada tuh namanya Taman Mini,”
DEG!
Aku langsung berbalik ke arah teman-temanku di belakang, kami saling bertatapan, walaupun hening aku tau kami memikirkan hal yang sama.
“Nah, kami mau ke situ, Pak,” ucap kami bersama-sama.
“Oh ke situ, bilang dong dari tadi. Katanya TMII, TMII, bilang aja dong Taman Mini,”
“Kan TMII singkatannya, Pak,”
“Gak usah disingkat-singkat gitu, bilang aja Taman Mini,”
“Iya Pak iya,” ucapku dalam hati.
Jadi, dari tadi kami berputar-putar karena supirnya tidak tau TMII itu Taman Mini (Indonesia Indah).
Leave a Reply