Tigabelas, banyak yang mengatakan ini angka sial

Tidak terhitung banyaknya tangga yang kubuat untuk ke atas. Tapi, pondasi yang besoknya rusak dengan rapi di tempat aku memulai lebih banyak lagi.

Kenapa?

Tiap kali kukirim pertanyaan tentang hal itu, angin selalu menantang. Pertanyaan itu tidak pernah lewat. Sekadar membelai pun tidak. Tembok tetap saja kokoh, angkuh.

Bagiku, kesialan hanya milik orang-orang yang tidak mengenal kata ‘kurang beruntung’

Hari itu, angin kembali menentangku, tepat ketika tangga hampir setengah jadi. Aku ambruk, kali ini tangga rusak dengan wajar, tidak rapi seperti ribuan kali percobaan sebelumnya.

Angin tidak hanya merusak, dia membawa kabar, tepatnya mengusir.

Jawaban dari pertanyaan yang selalu ditentang angin tepat mendarat di mukaku, ternyata itu yang menghalangi pondasi runtuh mengenai muka.

Sejak itu, aku berhenti membuat tangga. Sesekali tetap kupandang tembok besar di depan, beberapa kali tangan bergerak menggapai pondasi namun kaki selalu berontak tiap kali pikiran merengek membuat tangga (lagi).


Comments

7 responses to “Tigabelas”

  1. Hidup adalah misteri. Terkadang rencana kita tak berjalan seduai ekspektasi. Tetaplah mencoba yang terbaik semampu diri. Tak ada kekalahan yan abadi. Salam,

  2. Hidup adalah misteri. Terkadang rencana kita tak berjalan seduai ekspektasi. Tetaplah mencoba yang terbaik semampu diri. Tak ada kekalahan yan abadi. Salam,

  3. Semua akan indah pada waktu. Semua kepahitan hari ini, akan berbuah manis di masa depan, apabila kita tidak pernah menyerah dan berhenti berusaha =)

  4. kalo kata mutiara klasik gini,
    kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda,
    jadi semakin banyak kamu gagal semakin banyak peluang suksesnya.
    intinya sih jangan berhenti mencoba,.
    tapi kalo aku sendiri kalo ga berhasil-berhasil yah seringnya sih ngedumel 🙁

  5. boleh nih filosofi dan analoginya.. tanga itu ibarat impian dan angin itu segala sesuatu yang menghancurkan impian tersebut, ya bukan? hehe.. angin memang kejam. Tidak hanya merusak, namun mengusir..

  6. boleh saja angin terus saja menghancurkan tangga kita. boleh saja semua orang hanya menonton dan tak ada yang membantu. boleh saja menyalahkan angin sialan itu.

    Tetapi jangan menyerah. Sekali saja menyerah, maka tamat sudah. Berhenti sejenak dan kumpulkan kekuatan untuk membangun tangga lagi. Allah bersamamu Rifqi 🙂

  7. Walaupuun sering terjatuh. Yang terpenting, harus siap bangkit kembali untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *